Kamis, 03 November 2011

CHINA-ASEAN EXPO CERMINKAN GELIAT INDUSTRI CHINA Oleh: Nanang Sunarto

Nanning, Guangxi, 1/11(ANTARA) - Pameran Dagang dan Industri China-ASEAN (CAEXPO) yang diselenggarakan setiap tahun di kota Nanning, ibu kota Provinsi Guangxi, China menyiratkan semangat negara itu menggalang kerja sama regional sekaligus menunjukkan
kemampuan industrinya.

Dalam CAEXPO ke-8 yang berlangsung 21 sampai 26 Oktober tampil sekitar 5.500 stan mewakili 2.300 pengusaha, lebih separuhnya milik China dan selebihnya stan-stan dari 10 negara anggota ASEAN termasuk Indonesia menawarkan berbagai produk dan mata dagangan andalan mereka.

China tampil dengan aneka produk industri di stan-stan dalam anjungan (paviliun) yang dikelompokkan dari jenis produk masing-masing yakni paviliun komoditas dan perdagangan, kerja sama investasi, 'hi-tech' dan 'advance technology' serta paviliun perdagangan dan jasa.

Di keempat paviliun tersebut, stan-stan China menawarkan berbagai produknya mulai dari aneka perkakas elektronik rumah tangga, teknologi tenaga surya, bahan bangunan, mesin-mesin pertanian, teknologi pembibitan sampai ke mesin-mesin konstruksi berat.

Anjungan Investasi dan Kerja sama misalnya diisi dengan stan-stan yang mengetengahkan pengalaman perusahaan China menangani proyek-proyek di luar negeri.

Stan Grup Industri Baja China misalnya, menampilkan maket industri penambangan nikel yang sedang dikerjakannya di Tagaung, Myanmar, sementara stan lainnya mengangkat proyek pembangunan stadion nasional Tanzania dan sejumlah pekerjaan konstruksi di Angola, Mauritius
dan Uni Emirat Arab.

Di anjungan hi-tech, China dalam CAEXPO-8 unjuk gigi misalnya dalam penguasaan teknologi pembibitan dan pengendalian hama tanaman, teknologi untuk meningkatkan produktivitas tanaman apel atau untuk memperpanjang masa kesegaran buah kiwi.

Stan milik Universitas Guangxi memamerkan metode pembenihan ubi kayu yang telah berhasil menciptakan bibit unggul ZM93-16 yang dapat menghasilkan 75 ton lebih ubi kayu per hektare atau dengan tingkat produktivitas beberapa kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman normal.

Kemajuan industri China juga tampak di stan-stan lain misalnya dengan menampilkan alat-alat pertanian serbaguna, mulai dari mesin pengolahan tanah, tanaman sampai alat-alat pemanen, peralatan hemat energi, energi surya serta panel-panel pintu, aneka lantai keramik, mesin cetak dan mesin pengolah makanan.

Nanning yang merupakan ibu kota wilayah otonomi Guangxi dengan luas wilayah 22.293KM2 terletak di tepi bagian utara Sungai Yong dan sekitar 30 Km diantara pertemuan antara Sungai Yu dan Sungai Zuo
dan berjarak sekitar 160Km dari perbatasan Vietnam.

Dengan jumlah penduduk sekitar 6,6 juta jiwa, Nanning berhasil memperoleh berbagai penghargaan seperti Kota Istimewa Pengelolaan Lingkungan secara komprehensif,Kota Wisata Top China, Penghargaan
Habitat China, Penghargaan Internasional dalam Pengelolaan Terbaik Program Perbaikan Lingkungan dan Penghargaan "Scroll of Honour" Habitat PBB.


Saling berlomba
Sebagai tuan rumah, China yang tampil "all out" dalam CAEXPO-8, nuansa persaingan juga tampak di antara peserta dari negara-negara ASEAN yang berlomba-lomba menawarkan potensi mata dagangan
dan produk mereka.

Malaysia yang dalam CAEXPO-8 hadir sebagai mitra tuan rumah (Country of Honour) tampil dengan stan-stan yang memperagakan aneka produksi kelapa sawit, produk industri farmasi termasuk perawatan
kulit, obat-obat tradisional, kopi instan dan penganan dalam kemasan.

Selain produk-produk industri, negara jiran itu juga menampilkan produk-produk industri jasa seperti penanganan kargo (cargo handling), pusat pengobatan (medical centre),program pendidikan dan layanan jasa industri lepas pantai.

Stan-stan Myanmar antara lain menawarkan produk beras dalam kemasan dan hasil tenunan, Kamboja dengan produk minuman anggur lokal, sementara stan-stan Vietnam dan Laos banyak menawarkan industri kerajinan meubelair yang menampilkancorak dan seni ukir-ukiran masing-masing dan aneka pernak-pernik perhiasan wanita terbuat dari batu giok (jade).

Sementara Thailand yang sebagian wilayah negaranya dilanda banjir, stan-stannya lebih banyak menawarkan produk makanan olahan dalam kemasan, produk-produk perlengkapan rumah tangga,produk perawatan kulit dan industri garmen.

Filipina diwakili stan-stan yang menawarkan produk makanan olahan dalam kemasan khususnya terbuat dari pisang sesuai dengan posisi negara itu sebagai salah satu negara pengekspor pisang terbesar di dunia.
Singapura hadir di CAEXPO-8 dengan stan-stan yang mengandalkan penawaran jasa perbankan, sementara Brunei Darussalam menampilkan potensi industri produk makanan halal (halal Food) yang menjadi andalannya.

Pembukaan CAEXPO-8 yang acaranya disandingkan dengan Temu Puncak Bisnis dan Investasi China-ASEAN (CABIS-8 ) dihadiri oleh PM China Wen Jiabao, PM Malaysia Najib A Razak, PM Kamboja Hun Sen, Wakil PM Myanmar Tin Aung, Wakil PM Laos Somsavat, Wakil PM Thailand Kittirat Na-Ranong dan Wakil PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc, sementara Indonesia diwakili Asisten Menteri Perdagangan Muchtar.

Sesuai tema CAEXPO-8 "tahun hijau dan proteksi lingkungan", tekad China-ASEAN juga tercermin misalnya dari seruan PM Malaysia untuk menggalang dan melakukan aksi bersama dalam mempromosikan penggunaan
teknologi yang lebih bersih dan menekan emisi bahan bakar fosil.



Tampil seadanya
Sementara itu, penampilan stan-stan Indonesia sejak CAEXPO-1 pada 2004, tidak banyak berubah termasuk jenis komoditas dan produk yang ditampilkan. Sebagian peserta bahkan hanya melakukan transaksi eceran saat berlangsungnya pameran, bukannya memanfaatkan kesertaan mereka untuk mencari peluang selanjutnya untuk ekspor.
Sebanyak 120 pengrajin atau pengusaha UKM Indonesia ikut ambil bagian dalamCAEXPO-8, sebagian besar menawarkan produk-hasil kerajinan kayu seperti topeng,patung, anyaman bambu, produk kulit dan perabotan rumahtangga (meubelair).

Ada juga stan yang menjajakan sarang burung walet, kopi dan mie instan, berbagai makanan kemasan seperti kripik singkong, dodol, minuman suplemen herbal dan pakaian atau hiasan batik.

Peserta Indonesia agaknya tidak memiliki sasaran atau misi yang jelas dalamdalam CAEXPO walaupun kesertaan mereka juga dibawa koordinasi Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan instansi terkait.

Pimpinan delegasi Indonesia di CAEXPO-8 Asisten Menteri Perdagangan Muchtar beralasan bahwa memang pihaknya hanya mengutamakan para pengrajin atau pengusaha UKM untuk ikut dalam
ajang promosi dagang ini.

"Kegiatan UKM melibatkan banyak orang, mulai dari pengrajin, penyedia bahan baku,sampai ke pedagang. Lagi pula, pengusaha besar biasanya sudah bisa mencari pasar atau calon pembeli sendiri, " kata Muchtar.

Sejumlah staf atau pejabat instansi terkait juga tampak datang ke pameran, bahkan misalnya saja tiga staf dari kantor dinas yang berbeda dari Pemprov Jawa Barat ikut "mengawal" tiga pengusaha propinsi itu yang ikut dalam CAEXPO-8.

Sejumlah peserta juga mengeluhkan tingginya biaya tiket pesawat dan akomodasi sebesar Rp15 juta pe orang yang dikenakan oleh biro perjalanan di Jakarta, padahal mereka berangkat berombongan dengan pesawat charter yang juga difasilitasi oleh pemerintah China.

Jika membayar tiket normal dengan pesawat reguler, menurut mereka, paling hanya ditarik biaya sekitar 400 dolar AS atau sekitar
Rp3,9 juta (Jakarta - Nanning pp) ditambah biaya akomodasi.

Mereka pasrah saja ikut dengan pesawat yang dicharter karena khawatir akan mengalami kesulitan, apalagi mereka tidak paham berbahasa Inggeris, apalagi berbahasa Mandarin.

Indonesia diwakili oleh Provinsi Papua Barat untuk paviliun "Cities of Charming" atau kota-kota simpatik dengan
anjungan berarsitek rumah adat setempat terbuat dari anyaman kayu dan bambu.

Pengunjung berdatangan untuk berpose dengan penabuh tifa di paviliun Papua Barat yang mengenakan pakaian tradisional,lengkap dengan hiasan rumbai-rumbai kepala terbuat dari bulu cenderawasih.

Sangat disayangkan, paviliun Papua Barat terkesan kosong-melompong, padahal semestinya bisa diisi misalnya dengan maket atau tersedianya brosur-brosur mengenai obyek wisata, alam setempat, produk-produk mata dagangan atau nilai-nilai kekhasan dan budaya wilayah itu.

Selain transaksi melalui penjualan, selama berlangsungnya CAEXPO-8 juga ditandatangani naskah proyek kerja sama baik untuk proyek-proyek domestik di Chihttp://www.blogger.com/img/blank.gifna maupun proyek kerjama di negara-negara ASEAN dengan nilai seluruhnya sebesar sekitar 16,3 miliar dolar AS atau kira-kira setara Rp143 triliun.

Dari 63 naskah kerja sama proyek-proyek internasional (di negara-negara ASEAN)yang ditandatangani nilainya mencapai 5,1 miliar dolar AS atau Rp47,6 triliun, sementara 87 proyek-proyek domestik China
bernilai 10,9 miliar dolar atau sekitar Rp96 triliun.

Sukses pemerintah China menyelenggarakan CAEXPO-8 dan CABIS-8 di Nanning mungkin bisa mengilhami Indonesia untuk mempromosikan perdagangan dan investasi intra ASEAN dengan menggelar even serupa di Jakarta atau di salah satu kota provinsi. selengkapnya lihat ke sini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

COPYRIGHT MUSRIADI (LANANG PENING)