Kamis, 03 November 2011

MELIHAT LIMA KARYA AGUNG DI MUSEUM SULTENG

Setiap museum pada umumnya memiliki koleksi karya agung (masterpiece) yang menjadi kebanggaan untuk dipamerkan kepada pengunjung.

Demikian halnya dengan Museum Sulawesi Tengah. Museum yang terletak di Kota Palu ini memiliki lima masterpiece yang berasal dari sejumlah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. (Bagai mana dengan museum daerah saya) Lihat DISINI.
Dan Museum Indonesia Lihat DISINI

Kepala Museum Sulawesi Tengah, Muslimah, di Palu, Selasa, menyebutkan kelima koleksi unggulan itu adalah kain tenun Donggala, pakaian kulit kayu, patung Palindo, taiganja, dan fosil rahang gajah.
Tenun Donggala adalah kain tradisional khas Sulawesi Tengah yang sudah dikenal luas masyarakat di Indonesia. Kain tenun ikat asal Kabupaten Donggala itu pada umumnya bermotif kotak-kotak yang bermakna saling memegang keutuhan dan kebersamaan.

Selain itu, terdapat motif lungsih berupa gambaran nekara yang disusun secara geometris yang juga menggambarkan kebersamaan.

"Kain itu biasanya digunakan pada upacara perkawinan adat atau hari-hari besar keagamaan," kata Muslimah.

Selanjutnya koleksi kain kulit kayu. Kain ini terbuat dari kulit pohon malo atau sebangsa pohon beringin (ficus sp). Kain itu berupa lembaran kulit pohon yang ditumbuk hingga tipis dan selanjutnya dibuat pakaian atau aneka busana lainnya.

Tradisi pembuatan kain kulit kayu ini berada di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi sejak ratusan tahun silam. Kain tersebut hanya digunakan untuk kegiatan adat.

"Kalau diguanakan sehari-hari bisa rusak, karena bahannya mudah sobek," kata Muslimah.

Koleksi selanjutnya adalah patung Palindo (penghibur). Patung setinggi empat meter itu berada di situs padang Sepe di Lembah Bada, Kabupaten Poso.

Patung Palindo menggambarkan dan berceritera tentang nenek moyang masyarakat Lembah Bada. Patung Palindo adalah perwujudan pahlawan bernama Tosalogi yang merupakan pemimpin perang masyarakat Bada melawan orang Masamba, Sulawesi Selatan, ribuan tahun silam.

Patung terbuat dari batu itu saat ditemukan kondisi patung batu itu miring sekitar 30 derajat.

Koleksi masterpiece selanjutnya adalah Taiganja. Benda ini berupa perunggu berbentuk menyerupai kepala kerbau di mana pada bagian tengahnya terdapat celah sempit menyerupai alat kelamin wanita.

Perhiasan ini digunakan sebagai mahar pengantin atau bekal kubur masyarakat Kaili, suku terbesar di Sulawesi Tengah.

"Benda ini juga merupakan bukti status sosial masyarakat yang lebih tinggi," kata Muslimah.

Taiganja yang dalam bahasa Kaili berarti manusia melambangkan kesuburan, kemakmuran, keteguhan memegang aturan adat istiadat.

Sementara koleksi karya agung kelima di Museum Sulawesi Tengah adalah fosil rahang gajah purba (stegodon) yang ditemukan di Lembah Napu, Kabupaten Poso. Fosil ini diperkirakan berumur 1,9 juta tahun.
Muslimah menuturkan, empat dari lima koleksi itu dapat disaksikan di Museum Sulawesi Tengah yang berada di Jalan Kemiri Kota Palu.

Sementara patung Palindo hanya berupa tiruan sesuai aslinya yang berada di halaman Museum Sulawesi Tengah.

Museum Sulawesi Tengah saat ini memiliki koleksi lebih dari 7.400 benda bersejarah yang berasal dari berbagai daerah.


Pengunjung

Museum Sulawesi Tengah terus berupaya meningkatkan jumlah pengunjung untuk berperan serta memberikan pengetahuan sejarah dan kebudayaan provinsi ini.

Muslimah mengatakan bahwa pihaknya selalu mengikuti sejumlah kegiatan kesenian dan kebudayaan di sejumlah daerah dalam rangka mempromosikan museum milik Pemprov Sulawesi Tengah ini.

Museum Sulawesi Tengah juga menjalin kerja sama dengan provinsi lain untuk melakukan kegiatan budaya dan pariwisata dalam rangka lebih memperkenalkan Sulawesi Tengah ke masyarakat luas.

Rata-rata jumlah kunjungan masyarakat ke Museum Sulawesi Tengah mencapai 400 orang setiap bulan.

"Itu dalam kondisi normal, tanpa ada acara di museum," katanya.

Museum Sulawesi Tengah dibuka untuk umum pada Senin hingga Sabtu, pukul 07.30 - 15.45 setiap hari.

"Bahkan jika ada kunjungan pada hari Minggu, kami tetap melayaninya tapi sebelumnya harus menyurat terlebih dahulu," ujar Muslimah.

Selain itu, untuk lebih meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke museum, Muslimah mengatakan pihaknya juga melakukan perkenalan ke sejumlah sekolah di Kota Palu dan sekitarnya.

Pada September 2011, kunjungan masyarakat ke Museum Sulawesi Tengah mencapai 17.500 orang karena saat itu ada kegiatan Pameran Kain Nusantara 2011 yang diikuti puluhan museum dari berbagai daerah di Indonesia.

Museum Sulawesi Tengah sendiri dibangun pada 1978 di Jalan Kemiri Kota Palu, dan saat ini memiliki lebih 7.400 koleksi.

Hingga saat ini, bangunan Museum Sulawesi Tengah masih seperti saat pertama dibangun.

"Dalam waktu dekat, museum ini akan direnovasi sehingga lebih bisa menarik masyarakat untuk berkunjung," kata Muslimah.

Kepala Dinas Periwisata dan Kebudayaan Sulawesi Tengah Suaib Djafar mengatakan, museum adalah tempat wisata yang murah dan mudah dikunjungi karena berada di dalam kota.

Menurutnya, dengan mengunjungi museum masyarakat bisa lebih mengenal budaya dan karya seni Sulawesi Tengah.

"Setelah mengunjungi museum, kita bisa mendatangi tempat wisata seperti yang telah diperlihatkan di museum," katanya.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Tengah, yang terdiri dari 10 kabupaten dan satu kota, setiap tahunnya mencapai 7.000 orang yang berasal dari dalam dan luar negeri. (Oleh Riski Maruto)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

COPYRIGHT MUSRIADI (LANANG PENING)