Senin, 29 Agustus 2011

Alasan Saya Ikhlas Menjual Isteri Sendiri

Pertama:

Kami sekeluarga benar-benar sudah kekurangan uang. Penghasilan saya benar-benar tidak mencukupi lagi. Sedang kebutuhan rumah tangga semakin membengkak. Biaya sekolah anak, biaya dapur, biaya koneksi internet. Biaya ini itu dan masih banyak lagi.

Kedua:

Saya sudah bosan bertengkar dengan isteri setiap hari. Selalu dan selalu saja hal-hal kecil menjadi besar. Hingga saya menghayal seandainya saya banyak uang, maka setiap persoalan akan hilang sendiri. Pertengakaran itu hanya pantulan dari kesadaran atas rasa panik karena kekurangan.
Ketiga:

Saya sudah tidak tahan melihat anak saya melihat anak tetangga makan Es Wall. Setiap lidah anak tetangga menjiat es kream coklatnya, setiap itu pula anak saya menelan ludahnya. Dia terus melongo sampai Es Wall anak tetangga itu habis ditangannya.

Keempat:

Akhirnya saya beranikan diri menanyakan pada isteri. Apakah dia mau menjual diri. Kerja mudah, malah senang, tapi uangnya banyak. Diluar dugaan saya, ternyata dia berseru: “Ide brilian Pa!” Dia memeluk saya. Saya benar-benar terkejut. Saya kecup keningnya berkali-kali. Dan dia pun membalas dengan mesra. Tanpa sadar, kaki saya refleks mendorong pintu kamar. Dan entah kenapa, tangan saya juga langsung menjulur ke dinding. Mematikan lampu. Maka ……

Terjadilah apa yang terjadi. Sebenarnya saya malu mempublish foto mesra saya dengan tetangga itu Benar, saya sudah berkali-kali menamparnya….
Tapi itu salah dia
Karena sudah berkali-kali dia saya ingatkan

“Jangan berkata kasar. Nanti saya kilaf”

Tapi dia tak berubah.
Hingga tadi sore, saya mengusirnya.

“Sudah. Pergilah. Pergilah. Biarkan saya tinggal sendiri”

“Baik. Saya pergi”

Kedua putra saya menangis.
Saya memeluk mereka erat-erat.
Menciumnya berkali-kali.
Kerongkongan saya tersedak.
Saya menelan tangis…..

Dan malam ini,
Langit kamar saya kelabu
Tubuh saya lemas
Ditemani sunyi yang pekat.

Mereka bertiga,
Selalu terbayang ….

Oh malam … sunyi hatiku
Tanpa kalian disini
Biarlah kulemparkan laptop ini
Biarlah kubakar diri ini
Asal kalian kembali

Oh isteriku …
Anakku …
Aku sayang kalian
Maafkan Papa Ma
Maafkan Papa Nak

* Semoga tulisan ini hanya khayalan untuk
menambah jumlah postingan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar Anda

COPYRIGHT MUSRIADI (LANANG PENING)